Kamis, 24 November 2011

Aku pun merasakan cinta

Cinta itu anugrah
Bagaimana bukan?
Jika bayi pun telah merasakan
Tua... muda...
dan juga semua titah bernyawa
Bagaimana bukan?
Dengan cinta
Hati mampu mengupas kebisuan kata-kata lidah
Dalam imajinasi
Otak melukis wajah sosok yang dicinta
Berat dan luas tak mampu mengukurnya
Jarak pun mulai tak aturan olehnya
Jauh jadi pendek
Pendek jadi jauh.....


Tentang makna
Ku rasa sastra pun tak mampu mengurainya
Untuk mengurainya
Mungkin penyair perlu bertanya
Seribu hati yang dilanda cinta...


Siapa bermain cinta 
Siap rasakan racunnya
Sudakah siap penawarnya?


Jaga...
Dan pelihara cinta
Didik... 
Dan kuasai cinta
Dengan norma-norma agama...




     Sejak lahir, setiap insan pasti telah merasakan. Entah sadar atau tidak, cinta telah masuk, menguasai hati manusia. Bukti tangis si bayi ketika ditinggal ibunya. Itu suatu rasa yang dinamakan cinta walau kepada ibunya.
     Beranjak dewasa cinta menyebar kepada orang-orang terdekat, kepada teman dan kerabat,hingga pada lawan jenis yang bisa merusak arti cinta yang sebenarnya.
     Akankah sadar? Peduli? Dan tau? Kepada siapa cinta yang hakiki itu perlu diberikan? Mungkin orang tua atau pacar, atau siapa saja. Kebutuhan cinta yang sejati hanya cinta sang makhluk kepada Penciptanya. Yaitu Alloh.
     
     Memang sejak kecil ku telah merasakan cinta. Pertama kepada bunda,kepada ayah, kepada kakak, adik. Setelah rasa cintaku membesar kepada teman-teman, ku mulai merasakan cinta yang paling beda. Yaitu cinta pada seorang wanita yang memang kuanggap paling sempurna.

     Dengan sifat orang desa aku tak mampu menyatakan rasa yang selama ini ku pendam kepada sosok yang ku cinta. Ingin rasanya ku mengungkapkan. Tapi rasa sebagai orang desa menyelamatkanku dengan tetap kukuh pada pendirianku: malu untuk menyatakan cinta.



     Kini setelah belajar baru ku tau. Seorang guru bilang "Barang siapa yang sedang memendam perasaan cinta yang sangat amat, tapi orang itu terus memendamnya tanpa menyatakan pada yang dicinta, kemudian orang itu mati dalam keadaan memendam cinta, Insya Alloh orang itu mati syahid". Ku sadar, ku resapi kata-kata guruku itu. Dan sampai sekarang ku masih dalam posisi awal, tanpa menyatakan cintaku. SEMOGA DENGAN INI JIKALAU KU MATI TERGOLONG ORANG YANG MATI SYAHID. AMIIIIN.....
 

Kamis, 17 November 2011

sedikit kenangan sama teman


Kata yang ku temukan

     Sia-sia berusaha menipu diri sendiri dengan manganggap realita itu adalah bagian dari mimp. Namun di saat terjaga, saat mata telah terbuka, mimpi itu tidak berakhir. tinggal dalam kenangan, hanya dalam ingatan.
     Kemana perginya orang-orang yang sudah meninggal? Tanya yang tanpa jawab. Atau bisa jadi justru punya begitu banyak jawaban, hingga akhirnya percuma saja ditanyakan. Kasrena hanya akan membingungkan hingga akhirnya berujung dengan -lagi-lagi-tanpa jawaban.
     Tidaklah mereka, orang-orang yang sudah 'pergi' itu, juga merasakan kepedihan yang sama? Apakah mereka juga tetap mengingat & menyimpan semua kenangan? Senyum terakhir orang-orang yang mereka tinggalkan? Pelukan terakhir,  tawa terakhir, percakapan, pertengkaran, kemarahan, kesedihan, canda & tangis.
     Apakah mereka juga berusaha menembus  bagian yang terputus itu? Berusaha menggapai kembali orang-orang yang mereka cinta. Berusaha bicara, sama seperti orang-orang yang masih hidup. Yang mereka tinggalkan, berusaha terus "mencari" dan "menghidupkan kembali" mereka yang telah pergi. Dengan segala cara...

                                                                                                               Dia, tanpa aku.....EK